Bismillah was shalatu was
salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Kita sering mendengar
istilah sedekah jariyah. Itulah sedekah yang pahalanya akan terus mengalir,
meskipun kita telah meninggal dunia. Kita akan tetap terus mendapatkan kucuran
pahala, selama harta yang kita sedekahkan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin
untuk melakukan ketaatan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ:
مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو
لَهُ
Apabila manusia meninggal,
amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat,
dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i 3651, Turmudzi
1376, dan dishahihkan Al-Albani).
Sebagai orang beriman, yang
sadar akan pentingnya bekal amal di hari kiamat, tentu kita sangat berharap
bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita sudah pensiun beramal, namun
Allah tetap memberikan kucuran pahala karena amal kita di masa silam.
Dosa Jariyah
Disamping ada pahala
jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang
tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap
ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan
maksiat itu.
Betapa menyedihkannya nasib
orang ini, di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru
mendapat kucuran dosa dan dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan
dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.
Satu prinsip yang
selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya
aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari
aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di surat Yasin,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا
وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS.
Yasin: 12)
Orang yang melakukan amal
dan aktivitas yang baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik
dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal
yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan itu dia
bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari
amalnya.
Sebaliknya, orang yang
melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari
perbuatan yang dia lakukan, ditambah dampak buruk yang ditimbulkan dari
kejahatan yang dia kerjakan. Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus
mendapatkan kucuran dosa itu. – wal’iyadzu billah.. –, itulah dosa
jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa mengerikannya dosa ini.
Mengingat betapa bahayanya
dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
umatnya agar berhati-hati, jangan sampai dia terjebak melakukan dosa ini.
Sumber Dosa Jariyah
Diantara sumber dosa
jariyah yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
Pertama,
mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia
melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang
yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk
mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا
وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori
satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu,
dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa
dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).
Orang ini tidak mengajak
lingkungan sekitarnya untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak
memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan.
Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada
yang menirunya atau menyebarkannya.
Karena itulah, anak adam
yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus
pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ
الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
“Tidak ada satu jiwa yang
terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan
mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.” (HR.
Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya).
Anda bisa bayangkan, orang
yang pertama kali mendesain rok mini, pakaian you can see, kemudian dia
sebarkan melalui internet, lalu ditiru banyak orang. Sekalipun dia tidak ngajak
khalayak untuk memakai rok mini, namun mengingat dia yang mempeloporinya,
kemudian banyak orang yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua orang
yang menirunya, tanpa dikurangi sedikitpun.
Tak jauh beda dengan mereka
yang memasang video parno atau cerita seronok di internet, tak terkecuali media
massa, kemudian ada orang yang nonton atau membacanya, dan dengan membaca itu
dia melakukan onani atau zina atau bahkan memperkosa, maka yang memasang di
internet akan mendapat aliran dosa dari semua maksiat yang ditimbulkan
karenanya.
Termasuk juga para wanita
yang membuka aurat di tempat umum, sehingga memancing lawan jenis untuk
menikmatinya, maka dia mendapatkan dosa membuka aurat, plus dosa setiap
pandangan mata lelaki yang menikmatinya. Meskipun dia tidak mengajak para
lelaki untuk memandanginya.
Kedua,
mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Dia mengajak masyarakat
untuk berbuat maksiat, meskipun bisa jadi dia sendiri tidak melakukan maksiat
itu. Merekalah para juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan
kemaksiatan.
Allah berfirman,
menceritakan keadaan orang kafir kelak di akhirat, bahwa mereka akan menanggung
dosa kekufurannya, ditambah dosa setiap orang yang mereka sesatkan,
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ
أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ
Mereka akan memikul
dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang
mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).
(QS. an-Nahl: 25)
Imam Mujahid mengatakan,
يحملون أثقالهم: ذنوبهم وذنوب من أطاعهم، ولا يخفف عمن أطاعهم من
العذاب شيئًا
Mereka menanggung dosa
mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali
tidak diberi keringanan adzab karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn
Katsir, 4/566).
Ayat ini, semakna dengan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ
آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada
kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak
dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang
lainnya).
Anda bisa perhatikan para
propagandis yang menyebarkan aliran sesat, menyebarkan pemikiran menyimpang,
menyerukan masyarakat untuk menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan
masyarakat untuk memusuhi dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling
mudah terkait hadis di atas.
Sepanjang masih ada manusia
yang mengikuti mereka, pelopor kemaksiatan dan penghasung pemikiran menyimpang,
selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah
dikubur tanah. Merekalah para pemilik dosa jariyah.
Termasuk juga mereka yang
mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain untuk berbuat dosa, sekalipun dia
sendiri tidak melakukannya, namun dia tetap mendapatkan dosa dari setiap orang
yang mengikutinya.
Semoga Allah memudahkan
kita untuk melakukan amal jariyah dan menjauhkan kita dari dosa jariyah. Amin…
sumber: www.konsultasisyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar